TUGAS
TIK
MAKANAN
DAN MINUMAN KHAS KABUPATEN KARANGASEM

Oleh :
Ni
Kadek Diah Sri Widari
Kelas :
XI PSIA 2
Nomor :
08
SMA N 1
AMLAPURA
TAHUN
AJARAN 2012/2013
MAKANAN DAN MINUMAN KHAS KARANGASEM
Kabupaten Karangasem memiliki beberapa makanan dan
minuman khas yang terkenal di Bali. Makanan khas karangasem yaitu diantaranya
nasi sela, blayag. Dan minuman khas karangasem yaitu tuak dan wine salak.

Selain blayag, karangasem juga memiliki makanan
khas lainnya yang tidak kalah istimewa yaitu nasi sela. Nasi sela adalah
campuran nasi putih dan cacahan ubi berukuran kecil. Nasi jenis ini, populer di
Bali pada tahun –tahun sebelum 1970-an. Itu karena pada saat tersebut beras
sangat langka di Bali sehingga harus dicamput dengan ubi, gaplek atau bahan
makanan lainnya untuk menambah volume. Sekarang, makanan jenis ini menjadi kelangenan
yang asyik. Apalagi beberapa warung di Bali kini menyajikannya dengan pasangan
yang serasi,.nasi séla yang
mulanya merupakan makanan pertahanan di masa krisis,menjadi hidangan yang begitu
memanjakan selera. Untuk menambah keistimewaannya, nasi sela sangat bagus disuguhkan dengan lauk ayam betutu, urab sayur kacang
panjang berisi timun dan kacang merah, pindang tongkol, pesan celengis, sambel matah, sambal teri, dan
sate kulit ayam. Semuanya diolah dengan bumbu khas Bali yang didominasi rasa
terasi dan bebungkilan (kencur, laos, kunyit, jahe,bawang putih). Dalam racikan khas Karangasem menjadikan rasa bumbu menyatu
dengan sayur, ikan dan daging membuat rasa ubi yang tercampur dalam nasi luluh.


Berbeda dengan arak, tuak tidak berumur panjang. Tuak paling enak diminum
ketika baru diturunkan dari pohonnya. Orang Karangasem mengenal rasa tuak yang
nasak badung, rasanya lebih tawar dan agak masam, namun masih bisa diminum. Ada
tuak yang rasanya lebih netral, tidak terlalu tua dan tidak terlalu masam, dan
masih enak untuk diminum. Tuak jenis ini disebut semedah. Tuak wayah adalah
tuak yang telah tersimpan satu sampai dua hari. Kalau tuak telah tersimpan dua
sampai tiga hari disebut tuak bayu. Dan tuak yang tersimpan lebih dari tiga
hari akan menjadi cuka. Di Karangasem, alat untuk menampung atau minum tuak
bermacam-macam jenisnya. Untuk menampung tuak dari pohonnya dipakai brengkong
dan kele (bumbung bambu ukuran besar dan panjang). Sebelum morong populer,
dahulu orang menyimpan tuak menggunakan cekel, bumbung bambu agak besar lengkap
dengan tutupnya dan di ujung atasnya terdapat saluran yang dibuat dari buluh
bambu kecil. Agak mirip dengan cekel disebut ganjreng dimana saluran tuaknya
terletak di bawah/dasar wadah. Untuk tempat minum tuak dipakai bumbung (gelas
bambu ukuran sedang, setara dengan gelas jus), dasar (cawan dari kau atau batok
kelapa), dan beruk (cawan ukuran sedang dari kau atau batok kelapa). Nama wadah
tuak ini sering berbeda-beda di tempat lainnya di Bali. Sekarang, untuk
kepraktisan, wadah tuak tradisional itu diganti dengan jerigen, morong, botol
dan gelas.
Minuman khas Karangasem lainnya yaitu wine salak. minuman khas ini
diproduksi untuk wisatawan asing dan
diharapkan menjadi menjadi minuman berkelas di hotel dan restoran bertaraf
internasinal yang bertebaran di daerah pariwisata Bali. Minuman khas yang
diproduksi dari salak Bali tersebut, diproduksi menggunakan mesin yang
didatangkan dari Australia dan ditambah lagi pada tahun anggaran 2010,
Adanya mesin pengolahan yang jumlahnya memadai, masyarakat yakin akan mampu menyediakan skala minuman berkelas dengan produksi konstan dan cara itu akan mampu memenuhi permintaan konsumen, terutama turis asing yang berlibur di Bali.
Adanya pengolahan salak menjadi minuman akan mampu menjaga harga hasil perkebunan rakyat itu menjadi stabil, yakni sekitar Rp5.000/kg tidak seperti saat petani panen raya harga salak hanya Rp500/kg
Adanya mesin pengolahan yang jumlahnya memadai, masyarakat yakin akan mampu menyediakan skala minuman berkelas dengan produksi konstan dan cara itu akan mampu memenuhi permintaan konsumen, terutama turis asing yang berlibur di Bali.
Adanya pengolahan salak menjadi minuman akan mampu menjaga harga hasil perkebunan rakyat itu menjadi stabil, yakni sekitar Rp5.000/kg tidak seperti saat petani panen raya harga salak hanya Rp500/kg
DAFTAR PUSTAKA
http://beritadaerah.com/berita/bali/10295
http://e-kuta.com/blog/budaya-bali/tradisi-metuakan-di-karangasem.htm http://bisnisbali.com/2010/06/26/news/profil/x.html http://www.jalan-jalan-bali.com/2009/06/nasi-sela-karangasem.html
http://e-kuta.com/blog/budaya-bali/tradisi-metuakan-di-karangasem.htm http://bisnisbali.com/2010/06/26/news/profil/x.html http://www.jalan-jalan-bali.com/2009/06/nasi-sela-karangasem.html
TUGAS
TIK
MAKANAN
DAN MINUMAN KHAS KABUPATEN KARANGASEM

Oleh :
Ni
Kadek Diah Sri Widari
Kelas :
XI PSIA 2
Nomor :
08
SMA N 1
AMLAPURA
TAHUN
AJARAN 2012/2013
MAKANAN DAN MINUMAN KHAS KARANGASEM
Kabupaten Karangasem memiliki beberapa makanan dan
minuman khas yang terkenal di Bali. Makanan khas karangasem yaitu diantaranya
nasi sela, blayag. Dan minuman khas karangasem yaitu tuak dan wine salak.

Selain blayag, karangasem juga memiliki makanan
khas lainnya yang tidak kalah istimewa yaitu nasi sela. Nasi sela adalah
campuran nasi putih dan cacahan ubi berukuran kecil. Nasi jenis ini, populer di
Bali pada tahun –tahun sebelum 1970-an. Itu karena pada saat tersebut beras
sangat langka di Bali sehingga harus dicamput dengan ubi, gaplek atau bahan
makanan lainnya untuk menambah volume. Sekarang, makanan jenis ini menjadi kelangenan
yang asyik. Apalagi beberapa warung di Bali kini menyajikannya dengan pasangan
yang serasi,.nasi séla yang
mulanya merupakan makanan pertahanan di masa krisis,menjadi hidangan yang begitu
memanjakan selera. Untuk menambah keistimewaannya, nasi sela sangat bagus disuguhkan dengan lauk ayam betutu, urab sayur kacang
panjang berisi timun dan kacang merah, pindang tongkol, pesan celengis, sambel matah, sambal teri, dan
sate kulit ayam. Semuanya diolah dengan bumbu khas Bali yang didominasi rasa
terasi dan bebungkilan (kencur, laos, kunyit, jahe,bawang putih). Dalam racikan khas Karangasem menjadikan rasa bumbu menyatu
dengan sayur, ikan dan daging membuat rasa ubi yang tercampur dalam nasi luluh.


Berbeda dengan arak, tuak tidak berumur panjang. Tuak paling enak diminum
ketika baru diturunkan dari pohonnya. Orang Karangasem mengenal rasa tuak yang
nasak badung, rasanya lebih tawar dan agak masam, namun masih bisa diminum. Ada
tuak yang rasanya lebih netral, tidak terlalu tua dan tidak terlalu masam, dan
masih enak untuk diminum. Tuak jenis ini disebut semedah. Tuak wayah adalah
tuak yang telah tersimpan satu sampai dua hari. Kalau tuak telah tersimpan dua
sampai tiga hari disebut tuak bayu. Dan tuak yang tersimpan lebih dari tiga
hari akan menjadi cuka. Di Karangasem, alat untuk menampung atau minum tuak
bermacam-macam jenisnya. Untuk menampung tuak dari pohonnya dipakai brengkong
dan kele (bumbung bambu ukuran besar dan panjang). Sebelum morong populer,
dahulu orang menyimpan tuak menggunakan cekel, bumbung bambu agak besar lengkap
dengan tutupnya dan di ujung atasnya terdapat saluran yang dibuat dari buluh
bambu kecil. Agak mirip dengan cekel disebut ganjreng dimana saluran tuaknya
terletak di bawah/dasar wadah. Untuk tempat minum tuak dipakai bumbung (gelas
bambu ukuran sedang, setara dengan gelas jus), dasar (cawan dari kau atau batok
kelapa), dan beruk (cawan ukuran sedang dari kau atau batok kelapa). Nama wadah
tuak ini sering berbeda-beda di tempat lainnya di Bali. Sekarang, untuk
kepraktisan, wadah tuak tradisional itu diganti dengan jerigen, morong, botol
dan gelas.
Minuman khas Karangasem lainnya yaitu wine salak. minuman khas ini
diproduksi untuk wisatawan asing dan
diharapkan menjadi menjadi minuman berkelas di hotel dan restoran bertaraf
internasinal yang bertebaran di daerah pariwisata Bali. Minuman khas yang
diproduksi dari salak Bali tersebut, diproduksi menggunakan mesin yang
didatangkan dari Australia dan ditambah lagi pada tahun anggaran 2010,
Adanya mesin pengolahan yang jumlahnya memadai, masyarakat yakin akan mampu menyediakan skala minuman berkelas dengan produksi konstan dan cara itu akan mampu memenuhi permintaan konsumen, terutama turis asing yang berlibur di Bali.
Adanya pengolahan salak menjadi minuman akan mampu menjaga harga hasil perkebunan rakyat itu menjadi stabil, yakni sekitar Rp5.000/kg tidak seperti saat petani panen raya harga salak hanya Rp500/kg
Adanya mesin pengolahan yang jumlahnya memadai, masyarakat yakin akan mampu menyediakan skala minuman berkelas dengan produksi konstan dan cara itu akan mampu memenuhi permintaan konsumen, terutama turis asing yang berlibur di Bali.
Adanya pengolahan salak menjadi minuman akan mampu menjaga harga hasil perkebunan rakyat itu menjadi stabil, yakni sekitar Rp5.000/kg tidak seperti saat petani panen raya harga salak hanya Rp500/kg
DAFTAR PUSTAKA
http://beritadaerah.com/berita/bali/10295
http://e-kuta.com/blog/budaya-bali/tradisi-metuakan-di-karangasem.htm http://bisnisbali.com/2010/06/26/news/profil/x.html http://www.jalan-jalan-bali.com/2009/06/nasi-sela-karangasem.html
http://e-kuta.com/blog/budaya-bali/tradisi-metuakan-di-karangasem.htm http://bisnisbali.com/2010/06/26/news/profil/x.html http://www.jalan-jalan-bali.com/2009/06/nasi-sela-karangasem.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
apabila anda mengutip ataupun menjadikan tulisan saya sebagai referensi mohon mencantumkan sumber dan nama pengarang. terimakasih telah berkunjung