TUGAS TOKSIKOLOGI
CHACONINE
OLEH :
NI KADEK DIAH SRI WIDARI
NIM. 1408105058
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
FASE EKSPOSISI, TOKSOKINETIK,
TOKSODINAMIK RACUN CHACONINE
Chaconine merupakan racun alami yang terkandung
dalam kentang yang merupakan golongan glikoalkaloid. Dalam kentang mengandung racun chaconine dan solanin,
pada kali ini akan dibahas mengenai chaconine. Biasanya racun yang dikandung
oleh kentang berkadar rendah dan tidak menimbulkan efek yang merugikan bagi
manusia. Meskipun demikian, kentang yang berwarna hijau, bertunas dan secara
fisik telah rusak atau membusuk dapat menyebabkan glikoalkaloid dalam kadar
yang tinggi. Racun tersebut terutama terdapat pada daerah yang berwarna hijau,
kulit atau daerah dibawah kulit. Kadar glikoalkaloid yang tinggi dapat
menimbulkan rasa seperti terbakar di mulut, sakit perut, mual dan muntah.
Zat chaconine yang
dapat menimbulkan efek toksik adalah zat chaconine pada kentang dalam
konsentrasi yang tinggi, ketika dikonsumsi di dalam tubuh akan terjadi 3 fase
yaitu fase eksposisi, ase toksokinetik, dan fase toksodinamik.
Pada fase eksposisi
zat chaconine akan masuk secara oral dan menuju ke pencernaan. Zat chaconine
yang masuk ke dalam tubuh berbentuk zat yang terkandung dalam kentang dan
molekulnya terdispersi. Ketika masuk ke dalam tubuh zat chaconine akan
mengalami kontak dengan organisme yang dilewatinya, dan pada fase ini terjadi
reaksi kimia yang menyebabkan zat chaconine menjadi lebih toksik.
Kemudian
pada fase toksokinetik terjadi dua proses yaitu proses transpor dan proses
biotransformasi. Proses transpor
meliputi absobsi, distribusi, dan ekskresi. Sedangkan pada proses
biotransformasi meliputi dua fase yaitu fase penguraian dan fase konjugasi.
Pada Fase Toksokinetik zat chaconine yang telah sampai pada pencernaan akan
terabsobsi atau di serap saluran pencernaan tersebut dan bereaksi barulah kemudian di distribusikan ke
reseptor.
Pada fase toksodinamik akan terjadi interaksi antara
molekul zat kimia toksik dengan tempat
kerja spesifik yaitu reseptor. Saat zat chaconine telah sampai
pada reseptor dan berikatan maka akan
terjadi interaksi dengan organ saluran pencernaan yang menyebabkan timbulnya
efek toksik seperti rasa terbakar di mulut, sakit perut, mual, dan muntah.
Kekuatan efek biologis ini bergantung pada konsentrasi zat racun tersebut.
Berbagai jenis efek
toksik dapat dikelompokkan menurut organ sasarannya, mekanisme kerjanya, atau
ciri-ciri lain :
1).Efek Lokal dan Sistemik
Beberapa bahan kimia dapat
menyebabkan cedera pada tempat bahan itu bersentuhan dengan tubuh. Efek lokal
ini dapat diakibatkan oleh senyawa kaustik, misalnya pada saluran pencernaan,
bahan korosif pada kulit, serta iritasi gas atau uap pada saluran napas. Efek
lokal ini menggambarkan perusakan umum pada sel-sel hidup. Efek sistemik
terjadi hanya setelah toksikan diserap dan tersebar ke bagian lain tubuh. Pada
umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapa organ saja. Organ
seperti itu dinamakan “organ sasaran”. Kadar toksikan dalam organ sasaran tidak
selalu yang paling tinggi.
2).Efek Berpulih dan Nirpulih
Efek toksik disebut berpulih (reversibel) jika efek
itu dapat hilang dengan sendirinya. Sebaliknya, efek nirpulih (ireversibel)
akan menetap atau justru bertambah parah setelah pajanan toksikan dihentikan.
Efek nirpulih diantaranya karsinoma, mutasi, kerusakan saraf, dan sirosis hati.
3).Efek Segera dan Tertunda
Efek segera yaitu efek yang timbul segera setelah
satu kali pajanan. Sementara efek tertunda yaitu efek toksik yang timbul
setelah bertahun tahun dan biasanya disebabkan oleh karsinogen.
4).Efek Morfologis,Fungsional dan Biokinia
Efek morfologis berkaitan dengan perubahan bentuk
luar dan mikroskopis pada morfologi jaringan. Berbagai efek jenis ini, misalnya
nekrosis dan neoplasia, bersifat nirpulih dan berbahaya. Efek fungsional biasanya berupa
perubahan berpulih pada fungsi organ sasaran.
Dapat
dikatakan bahwa racun chaconine menimbulkan efek lokal, efek nirpulih maupun
berpulih tergantung pada penanganan, efek segera karena akan timbul setelah
racun ini di konsumsi. Efek toksik suatu zat beracun akan timbul tergantung
pada konsentrasi zat nya karena belajar dari teori dasar toksikologi seperti
yang dicetuskan oleh Paracelcius yang menyebutkan bahwa “Semua zat adalah racun dan tidak ada zat yang tidak
beracun, hanya dosis yag membuatnya menjadi tidak beracun”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
apabila anda mengutip ataupun menjadikan tulisan saya sebagai referensi mohon mencantumkan sumber dan nama pengarang. terimakasih telah berkunjung