Kamis, 14 Juli 2016

Tugas Kuliah- TOKSIKOLOGI



TUGAS TOKSIKOLOGI
CHACONINE



OLEH :
NI KADEK DIAH SRI WIDARI
NIM. 1408105058





JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
FASE EKSPOSISI, TOKSOKINETIK, TOKSODINAMIK RACUN CHACONINE
Chaconine merupakan racun alami yang terkandung dalam kentang yang merupakan golongan glikoalkaloid. Dalam kentang mengandung racun chaconine dan solanin, pada kali ini akan dibahas mengenai chaconine. Biasanya racun yang dikandung oleh kentang berkadar rendah dan tidak menimbulkan efek yang merugikan bagi manusia. Meskipun demikian, kentang yang berwarna hijau, bertunas dan secara fisik telah rusak atau membusuk dapat menyebabkan glikoalkaloid dalam kadar yang tinggi. Racun tersebut terutama terdapat pada daerah yang berwarna hijau, kulit atau daerah dibawah kulit. Kadar glikoalkaloid yang tinggi dapat menimbulkan rasa seperti terbakar di mulut, sakit perut, mual dan muntah.
Zat chaconine yang dapat menimbulkan efek toksik adalah zat chaconine pada kentang dalam konsentrasi yang tinggi, ketika dikonsumsi di dalam tubuh akan terjadi 3 fase yaitu fase eksposisi, ase toksokinetik, dan fase toksodinamik.
Pada fase eksposisi  zat chaconine akan masuk secara oral dan menuju ke pencernaan. Zat chaconine yang masuk ke dalam tubuh berbentuk zat yang terkandung dalam kentang dan molekulnya terdispersi. Ketika masuk ke dalam tubuh zat chaconine akan mengalami kontak dengan organisme yang dilewatinya, dan pada fase ini terjadi reaksi kimia yang menyebabkan zat chaconine menjadi lebih toksik.
Kemudian pada fase toksokinetik terjadi dua proses yaitu proses transpor dan proses biotransformasi. Proses transpor meliputi absobsi, distribusi, dan ekskresi. Sedangkan pada proses biotransformasi meliputi dua fase yaitu fase penguraian dan fase konjugasi. Pada Fase Toksokinetik zat chaconine yang telah sampai pada pencernaan akan terabsobsi atau di serap saluran pencernaan tersebut dan bereaksi  barulah kemudian di distribusikan ke reseptor.
Pada fase toksodinamik akan terjadi interaksi antara molekul zat kimia toksik dengan tempat kerja spesifik yaitu reseptor. Saat zat chaconine telah sampai pada reseptor dan berikatan  maka akan terjadi interaksi dengan organ saluran pencernaan yang menyebabkan timbulnya efek toksik seperti rasa terbakar di mulut, sakit perut, mual, dan muntah. Kekuatan efek biologis ini bergantung pada konsentrasi zat racun tersebut.
Berbagai jenis efek toksik dapat dikelompokkan menurut organ sasarannya, mekanisme kerjanya, atau ciri-ciri lain :
1).Efek Lokal dan Sistemik
Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan cedera pada tempat bahan itu bersentuhan dengan tubuh. Efek lokal ini dapat diakibatkan oleh senyawa kaustik, misalnya pada saluran pencernaan, bahan korosif pada kulit, serta iritasi gas atau uap pada saluran napas. Efek lokal ini menggambarkan perusakan umum pada sel-sel hidup. Efek sistemik terjadi hanya setelah toksikan diserap dan tersebar ke bagian lain tubuh. Pada umumnya toksikan hanya mempengaruhi satu atau beberapa organ saja. Organ seperti itu dinamakan “organ sasaran”. Kadar toksikan dalam organ sasaran tidak selalu yang paling tinggi.
2).Efek Berpulih dan Nirpulih
Efek toksik disebut berpulih (reversibel) jika efek itu dapat hilang dengan sendirinya. Sebaliknya, efek nirpulih (ireversibel) akan menetap atau justru bertambah parah setelah pajanan toksikan dihentikan. Efek nirpulih diantaranya karsinoma, mutasi, kerusakan saraf, dan sirosis hati.
3).Efek Segera dan Tertunda
Efek segera yaitu efek yang timbul segera setelah satu kali pajanan. Sementara efek tertunda yaitu efek toksik yang timbul setelah bertahun tahun dan biasanya disebabkan oleh karsinogen.

4).Efek Morfologis,Fungsional dan Biokinia
Efek morfologis berkaitan dengan perubahan bentuk luar dan mikroskopis pada morfologi jaringan. Berbagai efek jenis ini, misalnya nekrosis dan neoplasia, bersifat nirpulih dan berbahaya. Efek fungsional biasanya berupa perubahan berpulih pada fungsi organ sasaran.
            Dapat dikatakan bahwa racun chaconine menimbulkan efek lokal, efek nirpulih maupun berpulih tergantung pada penanganan, efek segera karena akan timbul setelah racun ini di konsumsi. Efek toksik suatu zat beracun akan timbul tergantung pada konsentrasi zat nya karena belajar dari teori dasar toksikologi seperti yang dicetuskan oleh Paracelcius yang menyebutkan bahwa “Semua zat  adalah racun dan tidak ada zat yang tidak beracun, hanya dosis yag membuatnya menjadi tidak beracun”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apabila anda mengutip ataupun menjadikan tulisan saya sebagai referensi mohon mencantumkan sumber dan nama pengarang. terimakasih telah berkunjung