Bali tidak
hanya memiliki pantai yang indah dan untuk anda kunjungi, karena Bali masih
mempunyai beragam tempat wisata yang siap memanjakan mata anda. Apabila
anda berlibur ke Bali, tidak ada salahnya anda berkunjung ke Desa Penglipuran
Bangli.
Penglipuran adalah sebuah desa yang menjadi ikon desa
wisata di Bali, Desa wisata ini memang menjadi tujuan favorit wisatawan
domestik maupun asing. Penglipuran berlokasi di Kelurahan Kubu,Kecamatan
Bangli,Kabupaten Bangli,Bali dan berjarak 45km dari Denpasar. Hanya dengan
membayar Rp.7500 bagi WNI dan Rp.50.000 bagi WNA, anda sudah bisa memanjakan
mata anda dengan pesona desa Penglipuran.
Memasuki wilayah Penglipuran ada batas desa yang disebut
Catus Pata, disini terdapat ruang terbuka seperti pertamanan, balai Desa yang
menyambut kedatangan anda. Memasuki gapura suasana asri akan terlihat,
kiri-kanan jalan ditanami rumput dan bunga, Jejeran rumah berpetak-petak, dan
saling berhadapan di antara ruas jalan, dengan luas yang sama berbaris rapi,
antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya terhubung dengan sebuah pintu
untuk bisa saling akses, tidak ada kekhawatiran adanya kehilangan,
angkul-angkul / pintu masuk yang sama persis di buat agak sempit agar sepeda
motor tidak bisa masuk, kendaraan tidak ada yang lalu lalang di areal rumah
tradisional ini.
Di desa inilah rumah tradisional Bali asli yang bisa ditemukan, tertata dan terpelihara dengan sangat baik sampai sekarang ini. Ditengah modernisasi laju ilmu dan tekhnologi yang begitu pesat warga di Penglipuran masih bisa menjaga tatanan warisan budaya dari leluhur mereka. Rumah-rumah mereka dibuat persis sama antara satu dengan yang lainnya, bahan yang sama, seperti tembok, atau penyengker dari tanah dan juga atap dari bambu. Bambu di sini tumbuh subur dan dijaga untuk kepentingan pembuatan rumah, untuk upacara kematian.
Di desa inilah rumah tradisional Bali asli yang bisa ditemukan, tertata dan terpelihara dengan sangat baik sampai sekarang ini. Ditengah modernisasi laju ilmu dan tekhnologi yang begitu pesat warga di Penglipuran masih bisa menjaga tatanan warisan budaya dari leluhur mereka. Rumah-rumah mereka dibuat persis sama antara satu dengan yang lainnya, bahan yang sama, seperti tembok, atau penyengker dari tanah dan juga atap dari bambu. Bambu di sini tumbuh subur dan dijaga untuk kepentingan pembuatan rumah, untuk upacara kematian.
Pemberian nama penglipuran memang sangat tepat, karena
kata penglipuran berarti penghibur, yang cocok sebagai tempat relaksasi dan
beristirahat. Menurut cerita zaman dahulu, raja-raja sengaja datang ke
Penglipuran untuk beristirahat karena suasananya tenang dan damai. Nama
Penglipuran juga berasal dari kata Pengeling Pura yang berarti tempat suci
untuk mengingat leluhur.
Mata pencaharian
penduduk setempat adalah bertani, di pagi hari mereka beraktifitas di lahan
pertanian dan di sore hari mereka duduk di depan rumah berinteraksi dengan
penduduk lainnya.