Jumat, 01 Juli 2016

Artikel- TARI SANGHYANG GERODOG



artikel ini saya buat untuk kepentingan majalah Kemenbud Bem PM Unud 2015


TARI SANGHYANG GERODOG
Bali terkenal dengan keragaman seni budaya dan tradisinya yang sangat unik dan jarang bisa ditemukan di daerah lain. Contoh kesenian yang sangat mencolok dari bali adalah seni tari Tari bali terbagi atas tiga jenis yaitu Tari Wali, Tari Bebali, dan Tari Balih-balihan.Tari Wali merupakan jenis tarian upacara  atau tari sakral yang ditarikan pada setiap kegiatan upacara adat dan agama Hindu di Bali yang biasanya dipentaskan di area terdalam Pura. Contoh dari Tari Wali adalah Tari SangHyang.
Tari Sanghyang merupakan tari kerauhan (trance) karena kemasukan roh (bidadari kahyangan dan binatang lainnya yang memiliki kekuatan merusak seperti babi hutan, monyet, atau yang mempunyai kekuatan gaib lainnya). Tari ini adalah warisan budaya Pra-Hindu yang dimaksudkan sebagai penolak bahaya, yaitu dengan membuka komunikasi spiritual dari warga masyarakat dengan alam gaib. Tarian ini dibawakan oleh penari putri maupun putra dengan iringan paduan suara pria dan wanita yang menyanyikan tembang-tembang pemujaan. Di daerah Sukawati-Gianyar, tari ini juga diiringi dengan Gamelan Palegongan.
Di dalam Tari Sanghyang dalam Babad Bali,  selalu ada tiga unsur penting yaitu asap/ api, Gending Sanghyang dan medium (orang atau boneka). Penyelenggaraannya melalui tiga tahap penting yaitu  pertama, Nusdus yang merupakan upacara penyucian medium dengan asap atau api, kedua Mesolah yaitu penari yang sudah kemasukan roh mulai menari, ketiga Ngalinggihang adalah mengembalikan kesadaran medium dan melepas roh yang memasuki dirinya untuk kembali ke asalnya. Terdapat beragam jenis Tari Sanghyang yang hingga kini masih ada di Bali yaitu Tari Sanghyang Jaran, Sanghyang Dedari, Sanghyang Deling, Sanghyang Sampat, Sanghyang Bojog, Sanghyang Celeng, dan lain-lain. Di Kabupaten Kelungkung tepatnya di daerah Nusa Lembongan terdapat tari Sanghyang Gerodog yang merupakan tari Sanghyang satu-satunya di Bali.
Secara umum prosesi tari sanghyang lazimnya dilakukan oleh penari yang mengalami proses trans atau kehilangan kesadaran diri tetapi tidak demikian dengan Grodogan. Bukan hanya dari jumlah sanghyang yang tergolong banyak, yakni 22 sanghyang tetapi juga mengggunakan media gegulak dengan roda yang terbuat dari kayu yang selanjutnya akan digerakkan diiringi dengan nyanyian atau gending sanghyang. Istilah “Grodog” muncul dari suara yang ditimbulkan ketika roda kayu tersebut digerakkan dan bersentuhan dengan tanah tempat berlangsungnya prosesi sanghyang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apabila anda mengutip ataupun menjadikan tulisan saya sebagai referensi mohon mencantumkan sumber dan nama pengarang. terimakasih telah berkunjung