TUGAS KIMIA LINGKUNGAN I
PENCEMARAN MERKURI DI SUNGAI
TALAWAAN KECAMATAN DIMEMBE KABUPATEN MINAHASA UTARA OLEH LIMBAH INDUSTRI
TAMBANG EMAS
PROGRAM
STUDI KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
UDAYANA
2016
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul………………………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….ii
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1
1.1
Latar Belakang...……………………………………………………………….1
1.2
Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3
Tujuan.................................................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................................................2
2.1 Air
Sungai………………………………………………………………….......2
2.2
Logam Berat Merkuri (Hg) …………………………………………………....2
2.3 Pengaruh
Logam Berat Merkuri dari Limbah Tambang Emas di Kecamatan Dimembe Kabupaten
Minahasa Utara………………………………………....3
2.4 Solusi Penanganan Pencemaran Logam Berat Mercury di
Sungai Talawaan dan Lingkungan Sekitar.............................................................................................5
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...........6
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………......6
3.2 Saran…………………………………………………………………................6
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………........7
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air adalah sumber
kehidupan bagi semua makhluk hidup di bumi ini, sehingga kuantitas dan
kualitasnya semakin terbatas. Seiring
dengan perkembangan jaman tentu banyak terdapat inovasi yang dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia, hal itulah faktor utama dari berdirinya
berbagai industri seperti industri tekstil, peralatan rumah tangga, cat, emas,
makanan, dan lain-lain.
Keberadaan industri
tersebut tentu sangat membantu kehidupan manusia, karena selain menambah
lowongan pekerjaan produk yang dihasilkan juga sangat bermanfaat bagi manusia.
Tetapi disamping banyak keuntungan tersebut tentunya tidak luput pula dari
dampak negatif yang ditimbulkan. Setiap industri pasti akan menghasilkan
limbah, apabila limbah yang dihasilkan tidak diolah secara benar dan apabila
dibuang keperairan pastinya akan menimbulkan pencemaran air.
Di daerah Dimembe
Kabupaten Minahasa Utara memiliki industri tambang emas yang diolah dengan
proses sederhana, tentunya industri ini menghasilkan limbah yang mengandung
beragam jenis logam berat misalnya logam Hg. Logam Hg atau yang kerap disebut
merkuri merupakan logam berat yang paling beracun diantara logam berat lainnya.
Sehingga apabila merkuri terkandung dalam perairan dapat mengakibatkan
pencemaran.
Limbah dari tambang
emas di daerah Dimembe dialirkan ke lingkungan sekitar dan kemudian mengalir ke
sungai Talawaan. Hasil penelitian mengindikasikan kandungan merkuri dalam air sungai Talawaan sangat
tinggi yaitu mencapai 9,035 ppm, sehingga mengakibatkan pencemaran dan ketidak
seimbangan ekosistem.
Pencemaran air oleh
logam berat sangat berbahaya karena dampak buruk akhirnya akan sampai pada
manusia, misalnya menlalui konsumsi ikan yang didapat dari sungai tersebut. Hal
inilah yang harus diberikan perhatian lebih untuk mengatasi pencemaran air
sungai Talawaan agar dampak yang ditimbulkan tidak semakin memburuk, karena
dampaknya sangat merugikan bagi kehidupan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengaruh logam berat merkuri dari limbah
tambang emas pada air sungai Talawaan di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa
Utara?
2.
Bagaimana
solusi untuk mengurangi dampak pencemaran logam berat merkuri?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
pengaruh logam berat merkuri dari limbah tambang emas pada air sungai Talawaan
di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara
2. Dapat
memberikan solusi terhadap pencemaran logam berat merkuri di Sungai Talawaan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Air
Sungai
Air sungai merupakan
sumber kehidupan bagi makhluk hidup, karena di dalam sungai hidup berbagai
mikroorganisem dan tentunya ikan. Karena hal itulah kualitas air sangat
mempengaruhi keberlangsungan hidup mikroorganisme di dalamnya, apabila kadar DO
dalam air tersebut tinggi maka kualitas air sangat baik. Namun apabila BOD dan
COD pada perairan tersebut tinggi maka kualitas air buruk atau tercemar.
Apabila perairan tercemar tentu sangat mempengaruhi makhluk hidup di dalamnya,
seperti pada sungai Talawaan di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara telah
diketahui telah tercemar logam berat merkuri (Hg) yang sangat membahayakan bagi
kelangsungan hidup biota yang ada di sungai tersebut karena selain mencemari
air, logam berat merkuri akan masuk dan terakumulasi di dalam tubuh biota
sungai Talawaan.
2.2 Logam Berat Merkuri (Hg)
Merkuri dengan simbol
kimia Hg yang merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Yunani
Hydrargyricum, yang berarti cairan perak (Alfian, 2006). Kebanyakan merkuri
yang ditemukan di alam terdapat dalam bentuk gabungan dengan elemen lainnya,
dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah. Komponen merkuri banyak
tersebar di karang-karang, tanah, udara, air dan organisme hidup melalui
proses-proses fisik, kimia dan bahan biologi yang kompleks.
Merkuri
(Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara alami, merupakan satu-satunya
logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam murninya berwarna keperakan,
cairan tak berbau, dan mengkilap. Bila dipanaskan sampai suhu 3570C,
Hg akan menguap. Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam Hg juga
digunakan dalam produksi gas klor dan soda kaustik, termometer, bahan tambal
gigi, dan baterai.
Beberapa sifat merkuri adalah
sebagai berikut:
1.
Merkuri merupakan satu-satunya logam
yang berbentuk cair pada suhu kamar (250C) dan mempunyai titik beku
terendah dari semua logam, yaitu -390C.
2. Merkuri mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua
logam.
3. Ketahanan listrik merkuri sangat rendah sehingga
merupakan konduktor yang terbaik dari semua logam.
4.
Banyak logam yang dapat
larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut amalgam (alloy).
5.
Merkuri dan komponen-komponennya bersifat
racun terhadap semua makhluk hidup (Fardiaz, 1992).
Merkuri di alam terdapat dalam berbagai bentuk sebagai
berikut:
1. Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri (Hg++)
dan garam-garamnya seperti merkuri klorida (HgCl2) dan merkuri
oksida.
2. Kompleks merkuri organik atau organomerkuri terdiri dari:
a. Aril merkuri, mengandung hidrokarbon aromatik seperti
fenil merkuri asetat.
b. Alkoksi alkil merkuri (R – O Hg)
c. Alkil merkuri, mengandung hidrokarbon alifatik dan
merupakan paling beracun, misalnya metil merkuri dan etil merkuri.
2.3
Pengaruh Logam Berat Merkuri dari Limbah Tambang Emas di
Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara
Kegiatan
pertambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah Kecamatan Dimembe
Kabupaten Minahasa Utara telah berlangsung sejak tahun 1985 sampai sekarang. Kegiatan
pertambangan ini dilakukan secara tradisional dan menggunakan peralatan
sederhana. Proses pengolahan emas ini dilakukan dengan mengikuti beberapa
tahapan antara lain penggalian batuan, pengolahan, dan pembuangan limbah. Setiap
tahapan proses ini secara ekologi membawa dampak yang dapat mengganggu
keseimbangan lingkungan, sehingga perlu langkah-langkah yang bijaksana dalam
penanganannya sehingga resiko terhadap kerusakan lingkungan dapat
diminimalisasi.
Salah satu daerah pembuangan air limbah pertambangan
rakyat yang berlangsung di daerah kecamatan Dimembe adalah lahan yang ada di
sekitar lokasi pengolahan yang selanjutnya mengalir menuju ke sungai sehingga
makin lama terjadi akumulasi kandungan logam dan material lainnya yang
terkandung di dalam limbah sehingga lama-kelamaan ekosistim sungan juga
terganggu. Sebagai suatu ekosistim, sungai merupakan suatu tempat yang menjadi sasaran pembuangan limbah sehingga
mengakibatkan tingkat pencemaran semakin tinggi yang pada akhirnya pencemaran
tersebut mempengaruhi kehidupan biota air yang ada di dalamnya. Penggunaan
logam-logam berat untuk keperluan sehari-hari secara langsung atau tidak
langsung, sengaja atau tidak sengaja, sengaja tapi tidak langsung, telah
mencemari lingkungan, dimana beberapa jenis tertentu telah mencemari lingkungan
melebihi ambang batas bagi kehidupan. Logam-logam pencemar tersebut antara lain
merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), dan nikel
(Ni) merupakan logam-logam yang dapat terakumulasi dalam tubuh suatu organisme
dan akan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun.
Pertambangan emas
tradisional merupakan salah satu kegiatan ekonomi masyarakat di mana para
penambang memperoleh penghasilan yang cukup dari aktifitas tersebut. Di pihak
lain, kegiatan pertambangan ini berpotensi mencemari lokasi dan lingkungan
sekitarnya karena penerapan teknologi yang sederhana seperti penggunaan merkuri
sebagai pengikat unsur emas dalam proses amalgamasi. Pencemaran tersebut
terjadi ketika sebagian merkuri yang digunakan sebagai bahan pengikat unsur
emas, terbuang bersama air limbah pencucian ke lokasi pembuangan baik di tanah
maupun di air sungai.
Rumengan et al.
(2004) mengemukakan bahwa berdasarkan kegiatan pemantauan pada bulan Mei dan
Juni 2000 serta Mei dan Juni 2001 ternyata sudah terjadi akumulasi merkuri pada
sedimen dan bioakumulasi pada ikan dan moluska di daerah-daerah aliran sungai
yang menerima buangan limbah pengolahan emas terutama di muara sungai Talawaan
di kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Kadar total merkuri di tempat yang menerima buangan limbah telah mencapai tiga
kali ambang batas, total Hg pada moluska bahkan mencapai 0,5 mg/kg, dan pada
ikan sudah terdapat sembilan ekor yang mengandung total merkuri 0,5 mg/kg berat
basah.
Keadaan
lingkungan yang tercemar akan mengancam kehidupan flora dan fauna yang ada di
sekitarnya. Ancaman ini terjadi karena pada ekosistem di mana organisme itu
hidup, terjadi aliran rantai makanan sehingga melalui rantai makanan akan
terjadi aliran bahan pencemar yang pada saatnya akan tiba pada manusia sebagai
bagian dari ekosistem tersebut. Masuknya merkuri dalam tubuh manusia akan
menjadi ancaman serius bagi kesehatan terutama penyakit yang diakibatkan oleh logam
berat. Mukono (2004) mengemukakan bahwa terdapat beberapa penyakit yang
diakibatkan oleh pencemaran merkuri seperti mercurilialism,
minamata disease, mad hetter’ disease.
Semua
bentuk merkuri baik dalam bentuk metil maupun dalam bentuk alkil yang masuk ke
dalam tubuh manusia secara terus-menerus akan menyebabkan kerusakan permanen
pada otak, hati dan ginjal. Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik, karena
terjadinya proses presipitasi protein menghambat aktivitas enzim dan bertindak
sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril,
fosforil, karboksil, amida dan amina, di mana dalam gugus tersebut merkuri
dapat menghabat fungsi enzim. (Alfian, 2006).
Bentuk
organik seperti metil-merkuri, sekitar 90% diabsorpsi oleh dinding usus, hal
ini jauh lebih besar daripada bentuk anorganik (HgCl2) yang hanya
sekitar 10%. Akan tetapi bentuk merkuri anorganik ini kurang bersifat korosif
daripada bentuk organik. Bentuk organik tersebut juga dapat menembus barrier
darah dan plasenta sehingga dapat menimbulkan pengaruh teratogenik dan gangguan
syaraf (Alfian, 2006).
Dalam
lingkungan perairan, merkuri anorganik dikonversi oleh mikroorganisme menjadi
metil merkuri yang sangat beracun dan sangat mudah terserap ke dalam jaringa.
Sekitar 90% kandungan merkuri dalam ikan berupa metil merkuri (Martono, 2005).
Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa sekitar 95% metil merkuri yang masuk ke
dalam tubuh diserap oleh usus yang sebagian besar tertahan dalam jaringan
tubuh, dan kurang dari 1% yang dikeluarkan lagi dari dalam tubuh (Martono,
2005).
Perairan
yang telah tercemar logam berat merkuri
bukan hanya membahayakan komunitas biota yang hidup dalam perairan
tersebut, tetapi juga akan membahayakan kesehatan manusia. Hal ini karena sifat logam berat yang persisten pada
lingkungan, bersifat toksik pada konsentrasi tinggi dan cenderung terakumulasi
pada biota. Senyawa metil merkuri yang merupakan hasil dari limbah penambangan
emas masuk ke dalam rantai makanan, terakumulais pada ikan dan biota sungai.
Oleh karena itu manusia akan mengalami keracunan jika memakan ikan dan biota
perairan yang tercemar logam tersebut. (Masriani, 2003)
2.4
Solusi Penanganan Pencemaran Logam Berat Mercury di
Sungai Talawaan dan Lingkungan Sekitar
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pencemaran di sekitar daerah
pertambangan emas termasuk pada sungai yang mengalir di sekitarnya terutama di
Sungai Talawaan Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara merupakan masalah
serius dan perlu ditangani secara serius dan berkelanjutan serta perlunya ada
pengawasan dari pihak terkait. Keadaan ini memerlukan tindakan penanganan yang
bijaksana agar ancaman terhadap lingkungan dapat diminimalisasi, karena dampak
yang ditimbulkan juga dapat berimbas kepada manusia dan mengakibatkan berbagai
gangguan kesehatan.
Solusi yang dapat diberikan adalah mengolah terlebih dahulu limbah tamang
emas tersebut dengan menggunakan adsorben yang dapat menyerap merkuri dalam air, kemudian barulah limbah dapat dilimpahkan ke
lingkungan. Dan bioremediasi untuk penanganan di sungai sekitar yang dilewati
limbah terutama sungai Talawaan harus di tanami tumbuhan yang dapat
mengadsorbsi logam berat yang terdapat di dalam air seperti eceng gondok dan
teratai karena memiliki daya serap logam berat yang lebih baik dari pada
tumbuhan air lainnya, sehingga dapat mengurangi kadar merkuri dalam perairan.
Tumbuhan
mendapatkan nutrisi untuk kebutuhan pertumbuhan dari lingkungan sekitar dengan
cara penyerapan oleh akar. Proses penyerapan (absorbsi) nutrisi dan mineral ke dalam
tumbuhan melalui mekanisme transpor aktif yang terjadi antar sel, dimana nutrisi diserap dalam bentuk unsur
atau senyawa. Priyanto et al. (2004) mengemukakan bahwa penyerapan dan akumulasi
logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga proses yang sinambung,
yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan
lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak
menghambat metabolisme tumbuhan tersebut. Dengan demikian melalui mekanisme yang umum terjadi pada tumbuhan,
memungkinkan logam berat terutama merkuri untuk diserap oleh tumbuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Tambang emas yang terdapat di Kecamatan
Dimembe KabupatenMinahasa Utara menghasilkan limbah yang mengandung logam berat
merkuri yang mencemari sungai Talawaan, sehingga biota air yang ada tercemari
dan terakumulasi di dalam tubuh organisme yang hidup di sungai tersebut. Total
Hg pada moluska mencapai 0,5 mg/kg, dan pada ikan sudah terdapat sembilan ekor
yang mengandung total merkuri 0,5 mg/kg berat basah. Hal ini mempengaruhi
ekosistem di lingkungan tersebut dan pada akhirnya akan berdampak kepada
manusia apabila mengkonsumsi ikan yang didapat dari sungai Talawaan.
2.
Solusi yang dapat mengatasi pencemaran
merkuri di sungai Talawaan adalah mengolah terlebih dahulu limbah air tersebut
sebelum dilimpahkan ke lingkungan, dan untuk penanggulangannya di dalam air
dapat dilakukan dengan menyerap logam berat merkuri tersebut dengan perantara
tanaman air seperti eceng gondok dan teratai.
3.2 Saran
Saran
dari penulis adalah diharapkan kita semua lebih mencintai lingkungan kita, apabila membuang
limbah industri seperti industri emas agar diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke lingkungan sekitar karena logam berat yang terkandung di dalamya
dapat menyebabkan dampak buruk terhadap ekosistem dan juga membahayakan
kesehatan manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia
Lingkungan. Yogyakarta: ANDI
Alfian, Z. 2006. Merkuri: Antara
Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan.
[Online]. Avaliable: http://library.usu.ac.id/download/e-book/zul%20alfian.pdf.
[7 Mei 2008]
Fardiaz,
S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Konisius.
Hutabarat, S dan Steward M E. 1985.
Pengantar
Oseanografi. Jakarta:
UI-Press.
Martono, H. 2005. Penanganan Kasus Keracunan Metil
Merkuri di Minamata. Laporan
Penelitian. Jakarta: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Ekologi Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Masriani dan Eny
E. 2003. Usaha Pemanfaatan Kepah (Batissa Sp) Sebagai Bioindikator Tingkat
Cemaran Logam Berat Pb dan Cd di Perairan Sungai Kapuas. Laporan
Penelitian. Pontianak: FKIP UNTAN
Mukono H. J.
2004. Toksikologi Limbah Berbahaya dan
Beracun (B3) Khususnya Logam Berat Timbal (Pb),Merkuri (Hg),dan Cadmium (Cd)
serta Dampaknya Terhadap Kesehatan. FKM Unair, Surabaya
Priyanto,
B. dan Prayitno J., 2003. Fitoremediasi Sebagai
sebuah Teknologi Pemulih Pencemaran, Khususnya Logam Berat, (Online)
Rumengan I.F.M. 2004. Dampak Biologi dari Pertambangan Emas Rakyat
di Daerah Aliran Sungai Talawaan, Manahasa Utara. Makalah. Seminar masalah dan
solusi penambangan emas di Kecamatan Dimembe , 9 September 2004.