Senin, 13 Juni 2016

Artikel-JATI DIRI SESUNGGUHNYA TRADISI OMED-OMEDAN



artikel ini saya buat untuk kepentingan majalah Kementerian Kebudayaan BEM PM UNUD 2015 dan melalui wawancara langsung bersama Bendesa Adat Sesetan









Sumber Gambar : http://www.google.com
Omed-omedan merupakan treadisi turun-temurun yang dimiliki oleh warga Banjar Kaja, Desa Adat Sesetan, Denpasar. Tradisi ini sangat sederhana dan dilaksanakan setiap tahunnya sehari setelah hari raya nyepi, dan tradisi ini tergolong sakral karena memiliki keterkaitan secara niskala dengan Ida Sesuhunan yang ada di Banjar Kaja Desa Adat Sesetan tersebut sehingga pada pelaksanaannya juga ada pembatasan.
Tradisi ini memiliki berbagai makna yaitu sebagai  Penghormatan terhadap leluhur, Memupuk rasa kesetiakawanan dalam kerangka saling asah, asih dan asuh, Menjaga keharmonisan hubungan sesuai dengan norma yang berlaku, Membangun solidaritas dan persatuan masyarakat dalam situasi suka duka, dan  sebagai unsur hiburan.
Bendesa Adat Sesetan, I Ketut Suparjaya menjelaskan bahwa Omed-omedan sendiri memiliki makna mekedeng-kedengan atau tarik-menarik yang merupakan wujud kebahagiaan anak-anak muda yang memiliki nilai kebersamaan.  
Omed-omedan dilaksanakan pada sore hari yang diawali dengan ritual kecil seperti mempersembahkan banten pejati dan melakukan persembahyangan bersama oleh peserta yang merupakan warga asli banjar kaja desa adat  sesetan, dimana tujuannya adalah  agar pelaksanaan berjalan dengan lancar. Kemudian dilanjutkan dengan membariskan remaja putra disebelah utara dan putri disebelah selatan. Setelah semua bersiap barulah dimulai meomed-omedan tersebut  dari peserta yang dibarisan paling depan, kemudian diakhiri dengan penyiraman air pada peserta. Tujuan disiram dengan air adalah untuk menurunkan ego yang berlebihan dari peserta tersebut saat pelaksanaan.
I Ketut Suparjaya menjelaskan lagi bahwa, “Masyarakat luas mengetahui omed-omedan merupakan tradisi berciuman masal, hal tersebut tidaklah benar karena pada dasarnya omed-omedan hanyalah tarik-menarik antara remaja putra dan putrid, memang biasanya dibarengi dengan berpelukan hal itu masih dalam batasan wajar karena merupakan wujud kebersamaan. Kalaupun ada yang sampai berciuman hal itu juga tidak dipermasalahkan karena pelaksananya sendiri bukanlah orang sembarangan melainkan memang merupakan pasangan, hal itu lah yang menjadi bumbu dari pelaksanaan tradisi ini”.
Hal inilah yang tidak diketahui oleh banyak orang sehingga menimbulkan banyak komentar yang negatif dan juga  persepsi yang salah terhadap pelaksanaan tradisi omed-omedan ini.
Suatu ketika tradisi ini pernah ditiadakan beberapa kali karena tidak ada anak muda yang berkeinginan untuk  turut serta dalam pelaksanaannya dengan alasan malu, hal itu menyebabkan terjadi bencana di desa itu. Setelah ditelusuri lebih dalam ternyata sesuhunan yang ada di banjar kaja desa adat sesetan menginginkan agar tradisi omed-omedan tetap dilaksanakan tiap tahun.
Sehingga sampai saat ini Omed-Omedan tetap terlaksana dan bahkan menjadi Ikon Kota Denpasar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apabila anda mengutip ataupun menjadikan tulisan saya sebagai referensi mohon mencantumkan sumber dan nama pengarang. terimakasih telah berkunjung