Jumat, 24 Juni 2016

Tugas Kuliah- Kimia Lingkungan



TUGAS KIMIA LINGKUNGAN I
PENCEMARAN MERKURI DI SUNGAI TALAWAAN KECAMATAN DIMEMBE KABUPATEN MINAHASA UTARA OLEH LIMBAH INDUSTRI TAMBANG EMAS





PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016












DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….ii                     
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1
1.1     Latar Belakang...……………………………………………………………….1          
1.2     Rumusan Masalah...............................................................................................1
1.3     Tujuan.................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2
2.1  Air Sungai………………………………………………………………….......2
2.2  Logam Berat Merkuri (Hg) …………………………………………………....2
2.3  Pengaruh Logam Berat Merkuri dari Limbah Tambang Emas di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara………………………………………....3
2.4  Solusi Penanganan Pencemaran Logam Berat Mercury di Sungai Talawaan dan Lingkungan Sekitar.............................................................................................5
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...........6
3.1  Kesimpulan…………………………………………………………………......6
3.2  Saran…………………………………………………………………................6
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………........7




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Air adalah sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup di bumi ini, sehingga kuantitas dan kualitasnya  semakin terbatas. Seiring dengan perkembangan jaman tentu banyak terdapat inovasi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, hal itulah faktor utama dari berdirinya berbagai industri seperti industri tekstil, peralatan rumah tangga, cat, emas, makanan, dan lain-lain.
Keberadaan industri tersebut tentu sangat membantu kehidupan manusia, karena selain menambah lowongan pekerjaan produk yang dihasilkan juga sangat bermanfaat bagi manusia. Tetapi disamping banyak keuntungan tersebut tentunya tidak luput pula dari dampak negatif yang ditimbulkan. Setiap industri pasti akan menghasilkan limbah, apabila limbah yang dihasilkan tidak diolah secara benar dan apabila dibuang keperairan pastinya akan menimbulkan pencemaran air.
Di daerah Dimembe Kabupaten Minahasa Utara memiliki industri tambang emas yang diolah dengan proses sederhana, tentunya industri ini menghasilkan limbah yang mengandung beragam jenis logam berat misalnya logam Hg. Logam Hg atau yang kerap disebut merkuri merupakan logam berat yang paling beracun diantara logam berat lainnya. Sehingga apabila merkuri terkandung dalam perairan dapat mengakibatkan pencemaran.
Limbah dari tambang emas di daerah Dimembe dialirkan ke lingkungan sekitar dan kemudian mengalir ke sungai Talawaan. Hasil penelitian mengindikasikan kandungan  merkuri dalam air sungai Talawaan sangat tinggi yaitu mencapai 9,035 ppm, sehingga mengakibatkan pencemaran dan ketidak seimbangan ekosistem.
Pencemaran air oleh logam berat sangat berbahaya karena dampak buruk akhirnya akan sampai pada manusia, misalnya menlalui konsumsi ikan yang didapat dari sungai tersebut. Hal inilah yang harus diberikan perhatian lebih untuk mengatasi pencemaran air sungai Talawaan agar dampak yang ditimbulkan tidak semakin memburuk, karena dampaknya sangat merugikan bagi kehidupan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengaruh logam berat  merkuri dari limbah tambang emas pada air sungai Talawaan di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara?
2.      Bagaimana solusi untuk mengurangi dampak pencemaran logam berat merkuri?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengaruh logam berat merkuri dari limbah tambang emas pada air sungai Talawaan di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara
2.      Dapat memberikan solusi terhadap pencemaran logam berat merkuri di Sungai Talawaan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Air Sungai
Air sungai merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup, karena di dalam sungai hidup berbagai mikroorganisem dan tentunya ikan. Karena hal itulah kualitas air sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup mikroorganisme di dalamnya, apabila kadar DO dalam air tersebut tinggi maka kualitas air sangat baik. Namun apabila BOD dan COD pada perairan tersebut tinggi maka kualitas air buruk atau tercemar. Apabila perairan tercemar tentu sangat mempengaruhi makhluk hidup di dalamnya, seperti pada sungai Talawaan di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara telah diketahui telah tercemar logam berat merkuri (Hg) yang sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup biota yang ada di sungai tersebut karena selain mencemari air, logam berat merkuri akan masuk dan terakumulasi di dalam tubuh biota sungai Talawaan.

2.2    Logam Berat Merkuri (Hg)
Merkuri dengan simbol kimia Hg yang merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Yunani Hydrargyricum, yang berarti cairan perak (Alfian, 2006). Kebanyakan merkuri yang ditemukan di alam terdapat dalam bentuk gabungan dengan elemen lainnya, dan jarang ditemukan dalam bentuk elemen terpisah. Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, air dan organisme hidup melalui proses-proses fisik, kimia dan bahan biologi yang kompleks.
Merkuri (Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara alami, merupakan satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, dan mengkilap. Bila dipanaskan sampai suhu 3570C, Hg akan menguap. Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam Hg juga digunakan dalam produksi gas klor dan soda kaustik, termometer, bahan tambal gigi, dan baterai.
Beberapa sifat merkuri adalah sebagai berikut:
1.      Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu kamar (250C) dan mempunyai titik beku terendah dari semua logam, yaitu -390C.
2.      Merkuri mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.
3.      Ketahanan listrik merkuri sangat rendah sehingga merupakan konduktor yang terbaik dari semua logam.
4.       Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang disebut amalgam (alloy).
5.       Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk hidup (Fardiaz, 1992).


Merkuri di alam terdapat dalam berbagai bentuk sebagai berikut:
1.    Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri (Hg++) dan garam-garamnya seperti merkuri klorida (HgCl2) dan merkuri oksida.
2.    Kompleks merkuri organik atau organomerkuri terdiri dari:
a.    Aril merkuri, mengandung hidrokarbon aromatik seperti fenil merkuri asetat.
b.    Alkoksi alkil merkuri (R – O Hg)
c.    Alkil merkuri, mengandung hidrokarbon alifatik dan merupakan paling beracun, misalnya metil merkuri dan etil merkuri.


2.3    Pengaruh Logam Berat Merkuri dari Limbah Tambang Emas di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara
Kegiatan pertambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara telah berlangsung sejak tahun 1985 sampai sekarang. Kegiatan pertambangan ini dilakukan secara tradisional dan menggunakan peralatan sederhana. Proses pengolahan emas ini dilakukan dengan mengikuti beberapa tahapan antara lain penggalian batuan, pengolahan, dan pembuangan limbah. Setiap tahapan proses ini secara ekologi membawa dampak yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga perlu langkah-langkah yang bijaksana dalam penanganannya sehingga resiko terhadap kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi.
Salah satu daerah pembuangan air limbah pertambangan rakyat yang berlangsung di daerah kecamatan Dimembe adalah lahan yang ada di sekitar lokasi pengolahan yang selanjutnya mengalir menuju ke sungai sehingga makin lama terjadi akumulasi kandungan logam dan material lainnya yang terkandung di dalam limbah sehingga lama-kelamaan ekosistim sungan juga terganggu. Sebagai suatu ekosistim, sungai merupakan suatu tempat yang  menjadi sasaran pembuangan limbah sehingga mengakibatkan tingkat pencemaran semakin tinggi yang pada akhirnya pencemaran tersebut mempengaruhi kehidupan biota air yang ada di dalamnya. Penggunaan logam-logam berat untuk keperluan sehari-hari secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja, sengaja tapi tidak langsung, telah mencemari lingkungan, dimana beberapa jenis tertentu telah mencemari lingkungan melebihi ambang batas bagi kehidupan. Logam-logam pencemar tersebut antara lain merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), dan nikel (Ni) merupakan logam-logam yang dapat terakumulasi dalam tubuh suatu organisme dan akan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun.
Pertambangan emas tradisional merupakan salah satu kegiatan ekonomi masyarakat di mana para penambang memperoleh penghasilan yang cukup dari aktifitas tersebut. Di pihak lain, kegiatan pertambangan ini berpotensi mencemari lokasi dan lingkungan sekitarnya karena penerapan teknologi yang sederhana seperti penggunaan merkuri sebagai pengikat unsur emas dalam proses amalgamasi. Pencemaran tersebut terjadi ketika sebagian merkuri yang digunakan sebagai bahan pengikat unsur emas, terbuang bersama air limbah pencucian ke lokasi pembuangan baik di tanah maupun di air sungai.
Rumengan et al. (2004) mengemukakan bahwa berdasarkan kegiatan pemantauan pada bulan Mei dan Juni 2000 serta Mei dan Juni 2001 ternyata sudah terjadi akumulasi merkuri pada sedimen dan bioakumulasi pada ikan dan moluska di daerah-daerah aliran sungai yang menerima buangan limbah pengolahan emas terutama di muara sungai Talawaan di kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Kadar total merkuri di tempat  yang menerima buangan limbah telah mencapai tiga kali ambang batas, total Hg pada moluska bahkan mencapai 0,5 mg/kg, dan pada ikan sudah terdapat sembilan ekor yang mengandung total merkuri 0,5 mg/kg berat basah.
Keadaan lingkungan yang tercemar akan mengancam kehidupan flora dan fauna yang ada di sekitarnya. Ancaman ini terjadi karena pada ekosistem di mana organisme itu hidup, terjadi aliran rantai makanan sehingga melalui rantai makanan akan terjadi aliran bahan pencemar yang pada saatnya akan tiba pada manusia sebagai bagian dari ekosistem tersebut. Masuknya merkuri dalam tubuh manusia akan menjadi ancaman serius bagi kesehatan terutama penyakit yang diakibatkan oleh logam berat. Mukono (2004) mengemukakan bahwa terdapat beberapa penyakit yang diakibatkan oleh pencemaran merkuri seperti mercurilialism, minamata disease, mad hetter’ disease.
Semua bentuk merkuri baik dalam bentuk metil maupun dalam bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus-menerus akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati dan ginjal. Ion merkuri menyebabkan pengaruh toksik, karena terjadinya proses presipitasi protein menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga terikat oleh gugus sulfhidril, fosforil, karboksil, amida dan amina, di mana dalam gugus tersebut merkuri dapat menghabat fungsi enzim. (Alfian, 2006).
Bentuk organik seperti metil-merkuri, sekitar 90% diabsorpsi oleh dinding usus, hal ini jauh lebih besar daripada bentuk anorganik (HgCl2) yang hanya sekitar 10%. Akan tetapi bentuk merkuri anorganik ini kurang bersifat korosif daripada bentuk organik. Bentuk organik tersebut juga dapat menembus barrier darah dan plasenta sehingga dapat menimbulkan pengaruh teratogenik dan gangguan syaraf (Alfian, 2006).
Dalam lingkungan perairan, merkuri anorganik dikonversi oleh mikroorganisme menjadi metil merkuri yang sangat beracun dan sangat mudah terserap ke dalam jaringa. Sekitar 90% kandungan merkuri dalam ikan berupa metil merkuri (Martono, 2005). Selanjutnya dapat dikemukakan bahwa sekitar 95% metil merkuri yang masuk ke dalam tubuh diserap oleh usus yang sebagian besar tertahan dalam jaringan tubuh, dan kurang dari 1% yang dikeluarkan lagi dari dalam tubuh (Martono, 2005).
Perairan yang telah tercemar logam berat merkuri  bukan hanya membahayakan komunitas biota yang hidup dalam perairan tersebut, tetapi juga akan membahayakan kesehatan manusia. Hal ini karena sifat logam berat yang persisten pada lingkungan, bersifat toksik pada konsentrasi tinggi dan cenderung terakumulasi pada biota. Senyawa metil merkuri yang merupakan hasil dari limbah penambangan emas masuk ke dalam rantai makanan, terakumulais pada ikan dan biota sungai. Oleh karena itu manusia akan mengalami keracunan jika memakan ikan dan biota perairan yang tercemar logam tersebut. (Masriani, 2003)

2.4    Solusi Penanganan Pencemaran Logam Berat Mercury di Sungai Talawaan dan Lingkungan Sekitar
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pencemaran di sekitar daerah pertambangan emas termasuk pada sungai yang mengalir di sekitarnya terutama di Sungai Talawaan Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara merupakan masalah serius dan perlu ditangani secara serius dan berkelanjutan serta perlunya ada pengawasan dari pihak terkait. Keadaan ini memerlukan tindakan penanganan yang bijaksana agar ancaman terhadap lingkungan dapat diminimalisasi, karena dampak yang ditimbulkan juga dapat berimbas kepada manusia dan mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan.
Solusi yang dapat diberikan adalah mengolah terlebih dahulu limbah tamang emas tersebut dengan menggunakan adsorben yang dapat menyerap merkuri dalam air, kemudian barulah limbah dapat dilimpahkan ke lingkungan. Dan bioremediasi untuk penanganan di sungai sekitar yang dilewati limbah terutama sungai Talawaan harus di tanami tumbuhan yang dapat mengadsorbsi logam berat yang terdapat di dalam air seperti eceng gondok dan teratai karena memiliki daya serap logam berat yang lebih baik dari pada tumbuhan air lainnya, sehingga dapat mengurangi kadar merkuri dalam perairan.
Tumbuhan mendapatkan nutrisi untuk kebutuhan pertumbuhan dari lingkungan sekitar dengan cara penyerapan oleh akar. Proses penyerapan (absorbsi) nutrisi dan mineral ke dalam tumbuhan melalui mekanisme transpor aktif yang terjadi antar  sel, dimana nutrisi diserap dalam bentuk unsur atau senyawa. Priyanto et al. (2004) mengemukakan bahwa penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga proses yang sinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut. Dengan demikian melalui mekanisme yang umum terjadi pada tumbuhan, memungkinkan logam berat terutama merkuri untuk diserap oleh tumbuhan.












BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
1.      Tambang emas yang terdapat di Kecamatan Dimembe KabupatenMinahasa Utara menghasilkan limbah yang mengandung logam berat merkuri yang mencemari sungai Talawaan, sehingga biota air yang ada tercemari dan terakumulasi di dalam tubuh organisme yang hidup di sungai tersebut. Total Hg pada moluska mencapai 0,5 mg/kg, dan pada ikan sudah terdapat sembilan ekor yang mengandung total merkuri 0,5 mg/kg berat basah. Hal ini mempengaruhi ekosistem di lingkungan tersebut dan pada akhirnya akan berdampak kepada manusia apabila mengkonsumsi ikan yang didapat dari sungai Talawaan.
2.      Solusi yang dapat mengatasi pencemaran merkuri di sungai Talawaan adalah mengolah terlebih dahulu limbah air tersebut sebelum dilimpahkan ke lingkungan, dan untuk penanggulangannya di dalam air dapat dilakukan dengan menyerap logam berat merkuri tersebut dengan perantara tanaman air seperti eceng gondok dan teratai.

3.2     Saran
            Saran dari penulis adalah diharapkan kita semua lebih  mencintai lingkungan kita, apabila membuang limbah industri seperti industri emas agar diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan sekitar karena logam berat yang terkandung di dalamya dapat menyebabkan dampak buruk terhadap ekosistem dan juga membahayakan kesehatan manusia.













DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI
Alfian, Z. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. [Online]. Avaliable: http://library.usu.ac.id/download/e-book/zul%20alfian.pdf. [7 Mei 2008]
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Konisius.
Hutabarat, S dan Steward M E. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI-Press.
Martono, H. 2005. Penanganan Kasus Keracunan Metil Merkuri di Minamata. Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Masriani dan Eny E. 2003. Usaha Pemanfaatan Kepah (Batissa Sp) Sebagai Bioindikator Tingkat Cemaran Logam Berat Pb dan Cd di Perairan Sungai Kapuas. Laporan Penelitian. Pontianak: FKIP UNTAN
Mukono H. J. 2004. Toksikologi Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) Khususnya Logam Berat Timbal (Pb),Merkuri (Hg),dan Cadmium (Cd) serta Dampaknya Terhadap Kesehatan. FKM Unair, Surabaya
Priyanto, B. dan Prayitno J., 2003. Fitoremediasi Sebagai sebuah Teknologi Pemulih Pencemaran, Khususnya Logam Berat, (Online)
Rumengan I.F.M. 2004. Dampak Biologi dari Pertambangan Emas Rakyat di Daerah Aliran Sungai Talawaan, Manahasa Utara. Makalah. Seminar masalah dan solusi penambangan emas di Kecamatan Dimembe , 9 September 2004.





 











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apabila anda mengutip ataupun menjadikan tulisan saya sebagai referensi mohon mencantumkan sumber dan nama pengarang. terimakasih telah berkunjung